Kaum sufi membagi makrifat tentang Tuhan ke dalam tiga tingkatan. Tingkatan paling rendah adalah makrifat kaum awam.
Waraksemarang.com - Kata dasar makrifat berasal dari kata (فﺮﻋ) yang artinya “mengetahui atau mengenal”. Makrifat berarti juga pengetahuan. Obyeknya adalah kebenaran (al-Haqq), baik dalam arti teoritis (epistemologi) ataupun dalam arti praktis (etis). Makrifat al-Haqq dalam arti teoritis berarti pengetahuan yang benar tentang realitas sesuatu menurut apa adanya, seperti bumi itu bulat dan beredar pada porosnya.
Makrifat
al-Haqq dalam arti praktis berarti
memiliki pengetahuan yang benar tentang baik dan buruknya sesuatu perbuatan
manusia. Pengetahuan yang akhir ini bukan sekedar untuk pengetahuan, tapi untuk
diamalkan demi tercapainya kehidupan yang ideal bagi setiap manusia.
Makrifat artinya mengenal Allah secara yakin atau
melihat Allah dengan mata hati, sekaligus merupakan ujung perjalanan dari
segala ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh kaum sufi. Dengan kata lain
makrifatullah adalah kumpulan ilmu pengetahuan tentang syari’at dan latihan-latihan
atau amalan-amalan tertentu yang dicapai dengan penuh perasaan yang dapat
menimbulkan rasa cinta dan keindahan di dalam jiwa, sehingga terbukalah mata
hatinya untuk melihat Allah dan alam
ghaibnya yang dipertunjukkan sebagai bukti kebesaran-Nya.
Ayat Al Qur'an yang dirujuk dalam melukiskan
perlunya jalan cinta dalam tasawuf antara lain ialah: “Aku menciptakan Jin
dan manusia tiada lain supaya mereka mengabdi atau beribadah kepada-Ku” (QS. Al-Dzariyat: 56).
Di dalam ayat ini tersirat pengertian bahwa
dalam jalan cinta terdapat pengabdian
kepada Yang Dicintai. Makrifat terhadap Allah sebagai Dzat pencipta alam ini
adalah fitrah dalam diri manusia. Untuk mengenal Allah, Dia telah
memperkenalkan diri-Nya sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an dalam Surat
Yasin ayat 33:
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar)
bagi mereka adalah bumi yang mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya
biji-bijian, maka dari padanya mereka makan”. (QS. 36: 33)
Kaum sufi membagi makrifat tentang Tuhan ke dalam
tiga tingkatan. Tingkatan paling rendah adalah makrifat kaum awam. Kaum
awam ini memang mengetahui (mempunyai makrifat tentang Tuhan, tapi hanya berdasarkan
sikap tasdiq atau membenarkan), keterangan yang berasal dari rasul-Nya.
Tingkat kedua adalah makrifat para filosof
dan teolog. Mereka mengetahui Tuhan berdasarkan pertimbangan atas kenyataan
dunia empiris, bukan berdasarkan penyaksian langsung terhadap-Nya. Makrifat tingkat
pertama dan kedua itu, menurut penilaian kaum sufi tidaklah memberikan keyakinan
penuh pada hati manusia.
Hanya makrifat ketiga, yakni makrifat hakiki
yang dapat memberikan keyakinan penuh pada hati manusia. Itulah makrifat
tentang Tuhan yang diperoleh setelah terbukanya
hijab (tirai) yang menutup pandangan hati.