Pola urbanisasi tersebut diproyeksikan akan selalu meningkat hingga tahun 2050 dengan angka proyeksi 60% masyarakat Indonesia akan menduduki daerah perkotaan sebagai tempat tinggal. Memang tidak dipungkiri bahwa kawasan perkotaan berkontribusi 80% dari jumlah PDB Global, akan tetapi kehidupan di perkotaan telah mengkonsumsi 70% energi global dan bersumbangsih atas penciptaan emisi global sebesar 70%
Oleh: Beta
Wijaya
(Pegiat
Barisan Nusantara dan Ketua Biru Hijau Nusantara)
Waraksemarang.com
- Peningkatan laju urbanisasi semakin meningkat pesat dengan beriringnya transformasi
arus global maka tidak akan berhentipula dan justru cenderung semakin meningkat
terkait pola urbanisasi masyarakat, dengan harapan mendapatkan penghidupan yang
layak ketika tinggal di perkotaan.
Terlihat jelas di Indonesia pada tahun 2015 pertumbuhan laju urbanisasi semakin signifikan dengan lebih dari jumlah penduduk Indonesia tinggal di Perkotaan.
Terlihat jelas di Indonesia pada tahun 2015 pertumbuhan laju urbanisasi semakin signifikan dengan lebih dari jumlah penduduk Indonesia tinggal di Perkotaan.
Pola urbanisasi
tersebut diproyeksikan akan selalu meningkat hingga tahun 2050 dengan angka proyeksi
60% masyarakat Indonesia akan menduduki daerah perkotaan sebagai tempat tinggal.
Memang tidak dipungkiri bahwa kawasan perkotaan berkontribusi 80% dari jumlah
PDB Global, akan tetapi kehidupan di perkotaan telah mengkonsumsi 70% energi
global dan bersumbangsih atas penciptaan emisi global sebesar 70%.
Tentu kondisi
lingkungan dengan rasio tersebut sangat tidak seimbang, belum lagi ketika data tersebut
dipadukan dengan kondisi lingkungan seperti halnya luas wilayah strategis,
sumber air, kondisi aliran sungai, dan sebagainya.
Semakin bertambahnya
angka pertumbuhan urbanisasi maka hal tersebut juga sangat berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan terhadap air yang layak, dimana dalam pengkonsumsian air dipastikan juga
semakin meningkat akan tetapi ketersediaan air yang layak konsumsi dipastikan menurun
mengacu juga terhadap penciptaan emisi hingga sebesar 70% pasti hal tersebut juga
berkaitan dengan perihal ketahanan air.
Tentunya dengan
banyaknya kebutuhan air tidak hanya berkaitan ketersediaan oleh alam itu sendiri,
akan tetapi harus juga diimbangi kultural penggunaan air secara bijak dan kebijakan
pengelolaan yang efektif serta beroptimal secara maksimal tanpa melakukan pengrusakan
sumber daya alamlainnya.
Di Indonesia
ketersediaan air cukup tinggi, berdasarkan data BPS 3,9 triliun m3 pertahun, dan
yang hanya bisa dimanfaatkan sebesar 17,69% pertahun atau sekitar 691,3 m3 dan dari
jumlah tersebut 25,3% yang sudah dimanfaatkan sebagai irigasi, domestik, dan perkotaan.
Jumlah keseluruhan tersebut tidak bisa merata ke semua daerah se-Indonesia seperti halnya di pulau Jawa yang mana diduduki setengah lebih masyarakat Indonesia yang hanyamendapatkan porsi 4,2% dari total ketersediaan air di Indonesia.
Jumlah keseluruhan tersebut tidak bisa merata ke semua daerah se-Indonesia seperti halnya di pulau Jawa yang mana diduduki setengah lebih masyarakat Indonesia yang hanyamendapatkan porsi 4,2% dari total ketersediaan air di Indonesia.
Hal ini sangat
memprihatinkan terkhusus di wilayah perkotaan dengan sistem pengelolaan drainase
maupun irigasi yang masih minim serta didorong prosentase yang cukup tinggi terkait
penciptaan emisi yang hingga mencapai 70%.
Tantangan ketahanan
kualitas air tersebut harusnya diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia
yang patuh akan menjaga lingkungan dan juga pemerintah harus mendorong dengan kebijakan
jangka menengah melalui RPJMN sehingga pembangunan segala bidang harus bermuara
pada pembangunan berkelanjutan sadar lingkungan sampai mewujudkan kota dan permukiman
secara inklusif, dan berkelanjutan.
Hal ini dalam rangka perbaikan kualitas air tersebut pada tahun 2013-2018 telah dibangun 134 DAM pengendali, 5.271 DAM penahan, 12.830 sumurresapan dan 257 embung.
Hal ini dalam rangka perbaikan kualitas air tersebut pada tahun 2013-2018 telah dibangun 134 DAM pengendali, 5.271 DAM penahan, 12.830 sumurresapan dan 257 embung.
Keseimbangan
alam sangatlah bersinergis dengan manusia dan segala aktifitasnya, terkhususnya
di perkotaan yang semakin meninggi peningkatan prosentase urbanisasinya dan semakin
tinggi pula penciptaan emisi yang hal tersebut telah dideskripsikan melalui
data diatas.
Data tersebut haruslah menjadi acuan setiap pembangunan perkotaan secara berkelanjutan. Dan minimnya ketersediaan air juga adalah faktor terpenting yang juga harus ditangani secara serius demi keberlangsungan manusia, alam, dan ekosistemnya. (Red)
Data tersebut haruslah menjadi acuan setiap pembangunan perkotaan secara berkelanjutan. Dan minimnya ketersediaan air juga adalah faktor terpenting yang juga harus ditangani secara serius demi keberlangsungan manusia, alam, dan ekosistemnya. (Red)
Video pilihan: